Rabu, 04 November 2015

Ubud, sekali lagi. Selagi Kembali.


: Catatan hari pertama

Ibaratnya seperti ini. Separuh hati saya tertanam pada lapisan tanah di kota malang. Seperempat sisanya tertinggal di jogja. Seperempat terakhir tersesat di ubud. Maka meskipun di awal tahun saya sudah pergi ke ubud, kali ini saya nekat datang lagi ke ubud untuk ikut UWRF 2015. Apalagi setelah saya mendapat kepastian menumpang fasilitas penginapan gratis untuk Ratih yang diundang setelah lolos seleksi emerging writers.


Selanjutnya, bisa dibaca di blog baruku :

Part 1 : http://ranselperi.com/ubud-sekali-lagi-selagi-kembali-part-1/
Part 2 : http://ranselperi.com/ubud-sekali-lagi-selagi-kembali-part-2/
Part 3 : http://ranselperi.com/ubud-sekali-lagi-selagi-kembali-part-3/
Part 4 : http://ranselperi.com/ubud-sekali-lagi-selagi-kembali-part-4/

Selasa, 06 Oktober 2015

Writing A Short Story




On 22th May 2015, I joined a workshop for the short stories writing which was held by Kompas Newspaper at Bentara Budaya Bali Denpasar. This event was held for celebrate the 50th Kompas Newspaper in 5 Cities such as Jakarta, Bandung, Denpasar, Makassar and Padang Panjang. This event attended by authors from East Java, Bali, NTB, and NTT. The committee said as many as 104 authors submitting short stories to be selected by the organizing committee and finally selected 40 authors. I never expected to be among the great ones.


Selanjutnya, bisa dibaca di blog baruku : http://ranselperi.com/writing-a-short-story/

Senin, 14 September 2015

Menikmati Jogja Dari Dalam Jendela


Entah ini perjalanan keberapa. Tapi saya memang selalu suka naik kereta. Berawal dari tiket promo menyambut ultah PT KAI, akhirnya saya bergabung dengan 2 teman dari KBMR untuk pergi ke jogja. Kami berpisah di depan stasiun tugu. Mereka berdua pergi ke pantai sementara saya memilih nyantai di sekitaran jogja saja.

Selanjutnya, bisa dibaca di blog baruku : http://ranselperi.com/menikmati-jogja-dari-dalam-jendela/ 

Kamis, 03 September 2015

Akhirnya, Hari Itu Datang Juga.





Ujug-ujug perempuan ini datang ke kantorku. Padahal aku sudah berusaha untuk tidak membuat semacam pertemuan terakhir dengannya. Hari ini dia akan pindah ke Jakarta. Sambil matanya berkaca-kaca, dia minta dipeluk dan difoto. Dia berkata dia sedih pindah dari kota ini. Aku berkata aku selalu membenci perpisahan. 
Aku kira aku tidak akan menangis. Karena menangis hanya dilakukan oleh orang melankolis seperti Tsabit Pramita atau orang dramatis seperti ELsy ARifa WuLandini. Sementara orang minim ekspresi dan apresiasi sepertiku dan Happy Yugo Prasetiya akan selalu berkata mereka berdua lebai jika mereka sudah memulai adegan drama. 
Satu-persatu nona-nona sahabat berubah menjadi nyonya. Menikah. Pindah. Lalu memiliki kehidupan baru hingga semua menjadi tidak lagi sama seperti sebelumnya. Tapi memang pada akhirnya kita harus menulis cerita kita dengan cara kita masing-masing. 
Kenapa ada banyak perpisahan di bulan september ?

Rabu, 26 Agustus 2015

Semeru dan Anak Kasur Yang Nekat Ke Gunung (Bagian 2)

Ranu Kumbolo. Saya jatuh cinta pada danau ini sejak pertama melihatnya pada tahun 2009. Saking kangennya, tahun 2013 saya ikut salah satu trip dengan tujuan hanya untuk ke danau ini. Tahun ini, dalam pendakian yang tak ada dalam rencana tahunan saya, saya bisa mengobati kangen itu. Bangun tidur dan melihat ranu kumbolo di depan mata. Sungguh, rasanya tidak ingin pulang.

Selanjutnya, bisa dibaca di blog baruku : http://ranselperi.com/semeru-dan-anak-kasur-yang-nekat-ke-gunung-bagian-2/

Jumat, 21 Agustus 2015

Semeru Dan Anak Kasur Yang Nekat Ke Gunung (Bagian 1)

Perjalanan kali ini seperti sebuah hadiah. Tiba-tiba saja datang tanpa direncanakan. Berawal dari keinginan wakil rektor UIN Malang yang membaca majalah tentang liputan semeru ketika berada di pesawat dan berinisiatif mengadakan kegiatan Pendakian Semeru pada Hari Kemerdekaan RI.



Selasa, 04 Agustus 2015

Sang Liyan di tubuh Si Alien

foto diambil dari http://www.ibtimes.co.in/pk-movie-review-by-viewers-live-update-617664

Unik dan menggelitik. Itulah kesan saya setelah menonton film ini. Meskipun saya terbilang telat untuk menontonnya, film ini telah membuat saya mempunyai cara pandang baru terhadap film india. Iya. Saya adalah salah satu fans fanatik film india sejak saya berusia 13 tahun. Film-film india masa itu selalu saya tonton. Tidak lupa saya juga membeli VCD bajakan yang berisi lagu-lagu india dan menghafalkan lirik lagunya disela-sela hafalan juz amma di pesantren dulu. Bahkan saya mempunyai geng pecinta india yang menampilkan pertunjukan tari dari salah satu lagu dalam film "Khabhi Kussi Khabhi Ghum" pada hari perpisahan kelulusan kelas 3.

Selanjutnya, bisa dibaca di blog baruku :  http://ranselperi.com/sang-liyan-di-tubuh-si-alien/

NU dan Kegembiran Muktamar di Jombang

Meskipun muktamar NU dilaksanakan di kota kecil tempat saya tinggal, saya tidak memiliki antusiasme untuk mengikuti perkembangannya. Karena bagi saya, dulu, NU tidak lebih hanya sekumpulan ibu-ibu berbaju hijau yang rajin pergi ke pengajian dan sikap tawadhu' pada kyainya sering dimanfaatkan oleh politisi ketika pemilu tiba. Sementara saya adalah anggota 'islam hore-hore' yang lebih senang nonton film, baca buku, dan jalan-jalan di akhir pekan daripada mengikuti pengajian.

Selanjutnya bisa dibaca di blog baruku : http://ranselperi.com/nu-dan-kegembiran-muktamar-di-jombang/ 

Rabu, 01 Juli 2015

Kambing, Hujan, dan Guyonan ala NUMU

 


Agar tampak kekinian, akhirnya saya membeli Buku "Kambing dan Hujan" karya Mahfud Ikhwan yang baru saja memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014 lalu. Nah, karena penasaran tentang sosok penulis yang tidak pernah saya dengar sebelumnya, maka saya membaca dulu novel pertamanya yang saya pinjam dari perpustakaan UIN Malang : "Ulid Tak Ingin Ke Malaysia". 

Selanjutnya, bisa dibaca di blog baruku : http://ranselperi.com/kambing-hujan-dan-guyonan-ala-numu/

Rabu, 17 Juni 2015

Semacam Obsesi Pada Narsisme Dan Eksotisme




Sesuatu yang berbeda memang begitu menggoda. Tapi kali ini saya tidak ingin tergoda. Sebagai salah satu dari umat islam di Indonesia yang kadang memiliki ego kelompok mayoritas, kadang saya menganggap candi borobudur sebagai sebuah obyek wisata dan melupakan bahwa candi ini adalah candi terbesar yang menjadi jujugan umat budha dari berbagai penjuru dunia untuk beribadah. 

Saya berkesempatan untuk mengunjungi Borobudur untuk ketiga kalinya bertepatan dengan perayaan Wasiak tanggal 2 Juni 2015 ini. Sebelumnya, dengan ketidaktahuan dan kebodohan saya, saya datang ke candi Borobudur pada bulan Februari 2015 dan bergaya narsis di candi tanpa menyadari bahwa saya telah melukai umat budha dengan berfoto di atas stupa dan mengganggap diri saya sebagai sebuah obyek foto yang cakep. Tapi setelah saya baca informasi dari fanspage Walubi di facebook, saya jadi tahu kalau apa yang saya lakukan ini adalah salah, karena umat budha justru duduk bersimpuh di bawah stupa ini. Maafkan saya ya. Saya sudah berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.
Jangan berfoto sambil duduk atau berdiri di atas stupa seperti ini ya, teman !
Perayaan waisak di Candi Borobudur pada tahun 2014 lalu memang sempat membuat heboh media sosial. Hal ini disebabkan sikap para pengunjung yang berniat untuk menyaksikan perayaan Waisak tapi tidak menghormati perayaan itu sendiri. Banyak pengunjung justru asyik mencari obyek foto yang 'eksotis' dengan memotret pada biksu yang khusuk sembahyang. Banyak juga pengunjung yang menjejali tenda yang seharusnya diperuntukkan bagi umat budha yang sedang melaksanakan upacara.

Biru Magenta : Sebuah Percakapan Melankolis Dalam Satu Buku Puisi


Saat pertama kali saya disodori buku ini, seketika saya jatuh cinta. Pada Judulnya yang merupakan warna kesukaan saya : Biru dan Magenta. Juga pada covernya yang didominasi warna hitam. Maka saya tidak sabar untuk membaca lembar demi lembar puisi di dalam buku ini.

Selanjutnya, bisa dibaca di blog baruku : http://ranselperi.com/biru-magenta-sebuah-percakapan-melankolis-dalam-satu-buku-puisi/ 

Minggu, 31 Mei 2015

Laut dan Pilihan-Pilihan Kita


          Pagi tanpa matahari adalah pagi tanpa puisi. Pada pagi tanpa matahari itu kita berjalan menyusuri pantai dalam diam yang mendominasi. Kita menempuh perjalanan selama dua jam untuk mencapai pantai ini. Satu pantai tersembunyi di selatan kota Malang. 
       
Selanjutnya, bisa dibaca di blog baruku : http://ranselperi.com/laut-dan-pilihan-pilihan-kita/

Selasa, 26 Mei 2015

Karena Menulis Adalah Belajar Menemukan Diri


KABAR GEMBIRA ITU DATANG

Sungguh. Aku tidak pernah menyangka akan mendapat kesempatan untuk kembali belajar dunia sastra lagi. Setelah 3 tahun terjebak dalam tesis yang hampir membuatku depresi dan 5 tahun terjebak dalam rutinitas membosankan bernama pekerjaan, hidupku otomatis sudah jauh dari menulis. Tapi semangatku memang tidak pernah surut. Aku tetap menyimpan mimpi-mimpiku untuk jadi penulis. Aku menabung agar bisa menerbitkan buku sendiri, karena tidak pernah yakin tulisanku cukup berkualitas dan ada penerbit yang mau meliriknya. Tabungan pertamaku menghasilkan buku pertamaku pada tahun 2013, kumpulan puisi "Ada Hujan Turun Pelan-Pelan". Tabungan keduaku terpakai untuk mencetak buku keduaku pada tahun 2015 ini, kumpulan cerpen "Aku Mengenalnya Dalam Diam". Buku keduaku terbit dengan perayaan sederhana. Aku mencoba untuk memperkenalkannya pada dunia dan aku tidak menyangka akan mendapat respon hangat dari teman-temanku.

Selanjutnya, bisa dibaca di blog baruku : http://ranselperi.com/karena-menulis-adalah-belajar-menemukan-diri/ 

Senin, 20 April 2015

Stay Healthy While You Travel


Setelah setahun lebih stalking facebook Mbak Vicky Kurniawan sebagai Koordinator Grup Facebook Backpacker Dunia wilayah Malang, akhirnya ada juga kesempatan bisa ikut gathering bulanan komunitas ini. Gathering yang dilakukan di Lantai 2 ChessyBury Kopitiam di Jalan Dr. Sutomo kali ini membahas tentang tips-tips agar sakit selama perjalanan bukan menjadi penghalang atau penyebab schedule jalan-jalan menjadi berantakan. 

Selanjutnya, bisa dibaca di blog baruku : http://ranselperi.com/stay-healthy-while-you-travel/










Senin, 13 April 2015

Tentang Kopi dan Sebuah Obsesi


(Komentar untuk Filosofi Kopi Movie)

Sebenarnya cukup aneh kalo seorang pecinta es teh seperti saya membahas tentang kopi. Tapi karena ini menyangkut film Filosofi kopi yang diadaptasi dari cerpen karya Dee dan saya selalu berusaha untuk menonton semua film yang diadaptasi dari buku-buku Dee tepat di hari pertama penayangan di bioskop, maka tangan saya menjadi gatal untuk membuat semacam review amburadul film ini.


Selanjutnya, bisa dibaca di blog baruku : http://ranselperi.com/tentang-kopi-dan-sebuah-obsesi/

Escape to Ubud, 3-5 April 2015

Semenjak adanya event Ubud Writer and Reader Festival, aku terobsesi untuk pergi ke ubud. Yah, meskipun ke ubud bukan dalam rangka festival tersebut, aku tetap pergi setelah ada satu temanku yang berhasil kubujuk untuk ikut. Kebetulan memang berbarengan dengan event "Bali Spirit Festival" yang juga tidak bisa kuikuti karena kehabisan tiket. 

Selanjutnya, bisa dibaca di blog baruku : http://ranselperi.com/escape-to-ubud-3-5-april-2015/